Langsung ke konten utama

Apa sih perbedaan kambing dan domba???

Kambing dan domba umum dipelihara oleh masyarakat Indonesia karena mudah dipelihara dan menguntungkan. Banyak orang mengira bahwa kambing dan domba adalah sama, namun sebenarnya keduanya berbeda. Memang ada beberapa hal yang mirip antara kambing dan domba, diantaranya bunyi “mengembik”, rasa daging, ukuran, bentuk tubuh, bentuk kepala, maupun kaki. Namun dari aspek anatomi, kedua ternak ini berbeda. Jumlah kromosom kambing dan domba juga berbeda. Perbedaan anatomi dan jumlah kromosom membuat keduanya tidak dapat dikawinsilangkan.

Kambing dan domba merupakan dua jenis ruminansia kecil yang berbeda sifat biologisnya. Kambing dewasa terdapat janggut pada dagu terutama jantan dan pangkal ekornya mengeluarkan kelenjar “bandot” dengan bau yang khas, sedangkan domba tidak demikian. Tengkorak domba mempunyai tulang air mata dan didekat kotak matanya terdapat kelenjar praeorbital, sedangkan pada tengkorak kambing tidak ada.

Perbedaan kambing dan domba juga diperlihatkan dalam tabel berikut :

Domba

Kambing

Mempunyai kelenjar di bawah mata yang menghasilkan sekresi seperti air mata

Tidak punya

Di celah antara kedua bilah kuku keluar sekresi yang berbau khas di saat berjalan

Tidak punya

Tanduk berpenampang segitiga dan tumbuh melilit

Tanduk berpenampang bulat dan tumbuh lurus

Bulu tebal dan ikal, sangat baik sebagai bahan wol

Bulu tipis dan lurus, tidak dapat dimanfaatkan

Domba jantan tidak berbau prengus

Kambing jantan mempunyai kelenjar bau yang sangat mencolok (prengus)

Ekor domba umumnya terkulai

Ekor kambing umumnya mengarah keatas

Jumlah kromosom 56

Jumlah kromosom 60

Pakan utama rerumputan

Pakan utama dedaunan

Berkelompok

Soliter

Daun telinga ramping (kecil-sedang)

Daun telinga pendek-panjang

 (Mulyono 2011, Setiawan and Farm 2011)

 Adapun perbedaan sifat biologis kambing dan domba ditunjukkan pada tabel berikut:

Sifat Biologis

Domba

Kambing

Siklus berahi

17 hari

14-21 hari

Lama berahi

30 jam (3-72 jam)

24-36 jam

Berahi Pertama

Umur 8-10 bulan

Umur 10-12 bulan

Perkawinan I

Umur 18 bulan

Umur 10-12 bulan

Perkawinan II

Umur 34 bulan

Umur 24 bulan

Lama bunting

141-159 hari

147 hari

Interval beranak

7-8 bulan sekali

7-8 bulan sekali

Jumlah anak

 1-4 ekor

1-3 ekor

Berat lahir (Tunggal)

1-4 kg

3-5 kg

Pertumbuhan normal

14-24 bulan

Umur 18-20 bulan

Dewasa tubuh

Umur 18-24 bulan

Umur 18-20 bulan

Umur disapih

5-6 bulan

4 bulan

Kebiasaan merumput

Pagi dan sore

Sepanjang hari

Sifat bergerombol

besar

kurang

Adaptasi

0-1,000 m dpl

Puncak pegunungan

Berat karkas

8,7 kg (ekor kurus)

11,3 kg (ekor gemuk)

9,7 kg (kambing kacang)

11,8 kg (Peranakan)

Berat hidup

18,8 kg (ekor kurus)

23,9 kg (ekor gemuk)

21,14 kg (kambing kacang)

25,2 kg (Peranakan)

(Sarwono 1991)

Perbedaan lainnya dari kambing dan domba adalah dalam hal asupan pakan. Kambing dapat makan apa saja, bahkan jika tidak dikendalikan dengan baik dapat mengakibatkan kerusakan. Tanaman di kebun bisa dimakan dan dirusak oleh kambing, terutama saat sedang kelaparan. Bahkan, tanaman yang difungsikan sebagai pagar pun dapat dirusak oleh kambing. Hal ini berbeda dengan domba yang memiliki kemampuan makan lebih rendah. Kambing juga dapat mencapai dedaunan yang tinggi. Namun, kambing menyukai pakan yang beragam, sehingga tidak dapat tumbuh dengan baik jika terus diberikan pakan yang sama dalam jangka waktu yang lama.

Kambing juga memiliki kemampuan untuk membedakan rasa pahit, manis, asin dan asam. Bahkan kambing memiliki toleransi yang tinggi terhadap rasa pahit dibandingkan dengan sapi. Kambing memiliki kemampuan mengolah serat dan mencerna selulosa lebih tinggi dibandingkan domba dan sapi.

Domba juga memiliki kelebihan, domba diketahui lebih tahan penyakit dibanding kambing. Daging domba juga lebih empuk dan tidak berbau prengus. Selain itu, tingkat stress domba lebih rendah dibandingkan kambing. Daya adaptasi domba juga lebih tinggi (Setiawan and Farm 2011).

 

Referensi :

Mulyono, S. (2011). Teknik pembibitan kambing dan domba, Penebar Swadaya Grup.

Sarwono, B. (1991). Beternak kambing unggul, Niaga Swadaya.

Setiawan, B. S. and M. Farm (2011). Beternak Domba & Kambing, AgroMedia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fakta dan Khasiat Mengkudu Penangkal Covid-19

Mengkudu ( M. citrifolia ) merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Mengkudu sendiri, sering digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Indonesia. Djauhariya and Rahardjo (2018) mengungkapkan bahwa dalam pengobatan tradisional, mengkudu digunakan untuk obat batuk, radang amandel, sariawan, tekanan darah tinggi, beri-beri, melancarkan kencing, radang ginjal, radang empedu, radang usus, sembelit, limpa, lever, kencing manis, cacingan, cacar air, sakit pinggang, sakit perut, masuk angin, dan kegemukan (Wijayakusuma, Dalimartha et al. 1992) . Hasil penelitian akhir-akhir ini mengungkapkan bahwa mengkudu dapat digunakan sebagai obat tumor dan kanker. Adanya aktivitas anti tumor dengan model LLC (Lewis lung carcinoma) buah mengkudu, disebabkan oleh adanya aktivitas sistem imun hospes (Hirazumi and Furusawa 1999) . Dilaporkan pula oleh Ediati dkk. (2004), bahwa jus mengkudu (kadar 0,625%) dapat meningkatkan proliferasi sel limfosit, tetapi tidak mening

Procrastination

Sudah beberapa hari ini diriku merasa malas untuk ke kampus. Walaupun demikian, setiap pukul 8.30 diriku sudah ready di bus stop menunggu STAGECOACH dengan no. 40 dan 39 jurusan kampus tercinta, Newcastle University. Dalam hati, ketika niatan untuk tidak ngampus datang, si setan putih membujuk “terus ngapain kamu di rumah seharian?? Mau tiduran?? Paling-paling juga ngga betah dan pingin ngabur juga”. Ternyata memang benar bisikan itu. Entah mengapa, hati rasanya tidak enak seandainya hanya stay di rumah walaupun bisa saja diriku mengerjakan sesuatu terkait dengan studi, misalnya, analisis data. Tapi, berdasarkan pengalaman, semua itu bullshit . Pernah suatu ketika ku bawa seabrek kerjaan kampus ke rumah. Namun ternyata, sampai di rumah justru mengerjakan yang lain, facebook-an, chating, nonton youtube, nonton TV atau ngobrol sama housmate. Dan usut punya usut, kondisi seperti ini tidak hanya aku alami. Hampir sebagian besar PhD student mengalaminya. Oleh karena itu, lebih baik nged

Sabun Cuci Piring Charcoal (Arang)

Produk pencuci piring  yang berfungsi untuk membersihkan peralatan  makan dan peralatan  dapur  terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan kenampakan fisik yaitu (1) berbentuk bubuk atau serbuk, (2) bentuk pasta, dan (3) bentuk cairan. Produk dalam bentuk bubuk agak kurang dikenal, produk kedua berbentuk pasta biasa dikenal dengan sabun colek. Sementara itu, produk ketiga sering banyak dipakai. Adanya bentuk pencuci piring berupa cairan menjadikan lebih praktis untuk digunakan menjadikan pencuci piring berbentuk cairan mempunyai nilai lebih dibanding produk pencuci piring lain [1]. Beberapa kendala ibu-ibu rumah tangga pada saat membersihkan peralatan makan maupun peralatan dapur adalah timbulnya bau amis membandel yang menempel di peralatan meskipun sudah dicuci. Selain itu juga sisa lemak membandel yang sulit untuk dibersihkan. Hal lain yang juga membuat ibu-ibu malas untuk mencuci peralatan dapur dan makan adalah bahwa sabun pencuci yang digunakan dapat merusak kulit misalnya tangan