Salah satu bahan yang sering kita
manfaatkan dalam kegiatan sehari – hari adalah plastic. Plastik merupakan
polimer termoplastik yang jika terkena panas akan menjadi mudah dibentuk sesuai
keinginan kita karena plastic tersebut menjadi fleksibel. Namun begitu polimer
termoplastik telah menjadi dingin kembali, maka bentuk baru tersebut tetap
bertahan. Secara umum material utama plastik dapat dibagi kedalam 2 kelompok
yaitu thermoplast dan thermoset. Plastik thermoplast bisa digunakan kembali (didaur ulang), sedangkan thermoset tidak. Plastik thermoplast diantaranya : Polypropylene (PP), polystyrene (PS), styrene acrylonitrile (SAN), acrylonitrile
butadiene styrene (ABS), nylon, Polyethylene
terephtalate (PET), Polyacetal
(POM), dan lainnya. Sedangkan yang masuk ke dalam jenis plastik thermoset adalah : PU (Poly Urethene), UF (Urea Formaldehyde), MF (Melamine
Formaldehyde), polyester dan lain
– lain (Mujiarto 2005).
Kita perlu mengetahui bahan dasar, cara
serta dampak dari berbagai jenis plastik diatas sehingga mengetahui penggunaan
yang aman. Dikutip dari kompasiana.com, sebenarnya pada kemasan yang berbahan
dasar plastik (botol plastic dan sebagainya) telah memiliki label yang terdapat
dibagian bawah botol sehingga aman untuk digunakan sesuai dengan fungsinya.
Label kode untuk plastik telah diatur secara internasional yang dikeluarkan
oleh The Society of Plastic Industry
pada tahun 1988 di Amerika Serikat serta oleh lembaga seperti ISO (International Organization for Standardization)
kemudian dikembangkan menjadi system kode.
1.
Polyethylene Terephthalate (PET or
PETE or Polyester)
Polyethylene terephtalate (PET) terbuat dari glikol (EG) dan terephtalic acid (TPA) (Mujiarto 2005). Menurut omnexus.specialchem.com,
PET merupakan keluarga poliester. Poliester dikenal karena kombinasi sifatnya
yang sangat baik, seperti ketahanan mekanis, termal, kimiawi dan stabilitas
dimensinya.
PET
merupakan thermoplastic yang paling
banyak direcycle, memiliki nomor 1
sebagai simbol daur ulang. Dikutip dari waste4changes.com, dalam PET terkandung zat berbahaya yang
diyakini sebagai pemicu kanker (karsinogen) yaitu antimony trioxide. Jika cairan berada didalam kemasan yang berbahan
dasar PET terlalu lama, maka potensi untuk mengaktifkan antimony sangat besar.
2.
High-Density Polyethylene (HDPE)
HDPE merupakan plastic yang cukup kuat dan lebih tebal dibandingkan
PET dikarenakan rantai polimer tunggal yang dimilikinya cukup panjang. Maka
dari itu HDPE banyak dimanfaatkan sebagai kantung belanja dan berbagai botol
kemasan.
Dibandingkan dengan PET, HDPE relative stabil dan juga mudah didaur
ulang. HDPE juga terbilang aman untuk digunakaan bersamaan dengan makanan
ataupun minuman. Namun dalam beberapa literature disebutkan bahwa HDPE dapat
menghasilkan zat kimia yang mirip dengan hormon estrogen sehingga dapat
menyebabkan system hormon manusia rusak.
3.
Polyvinyl Chloride (PVC)
Monomer – monomer vinil klorida dengan dibantu katalis dapat
mengalami polimerisasi yang menghasilkan Polyvinyl
chloride (polivinil klorida) (Mujiarto
2005).
Setelah PET, jenis plastic yang paling sering dimanfaatkan selanjutnya adalah
PVC. Namun PVC termasuk dalam plastic yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan keracunan berbagai zat berbahaya seperti bisphenol A (BPA), phthalates, lead, dioxins, mercury, dan cadmium. Dimana zat – zat yang terlah
disebutkan diperkirakan dapat menyebabkan kanker, merusak kerja hormon dan
memicu alergi pada anak. Selain itu, sebelum proses produksi serta limbah PVC dapat
menimbulkan polusi serta menyebabkan permasalahan kesehatan. Maka dari itu
dalam proses daur ulang tidak banyak yang menggunakan PVC dan lebih baik tidak
digunakan untuk kebutuhan sehari – hari.
Namun
untuk saat ini PVC masih sering dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,
diantaranya sebagai bahan baku pemainan anak, bungkus kemasan, botol deterjen,
hingga peralatan medis.
4.
Low-Density Polyethylene (LDPE)
Diantara sekian jenis plastic, salah satunya yang paling banyak
dimanfaatkan didunia adalah LDPE. LDPE sangat mudah untuk diproduksi karena
struktur kimia dari polimer jenis ini sederhana. LDPE dapat menghasilkan polyethylene yang lebih fleksibel dan
juga lunak karena tidak terlalu padat yang disebabkan oleh rantai cabang yang
dimiliki polimer LDPE yang terbilang banyak.
Berbagai tas, pelapis karton susu, pembungkus plastic, wadah
makanan hingga pelapis pada kawat dan kabel merupakan contoh dari pemanfaatan
LDPE. Meskipun dalam beberapa literature LDPE diketahui dapat merusak kinerja
dari system hormone manuisia, namun LDPE terbilang aman untuk digunakan bersama
minuman maupun makanan. Kekurangan lainnya adalah LDPE terbilang sulit untuk
direcycle menjadi produk baru.
5.
Polypropylene (PP)
Gas propilena
dapat dipolimerisasi menjadi polimer kristalin yang biasa disebut sebagai Polypropylene. Jika dibandingkan dengan
plastic jenis lainnya, propilena merupakan plastic dengan specific gravity yang terbilang rendah (Mujiarto 2005).
Dalam hal kekuatan
PP berada ditengah – tengah HDPE dan LDPE. PP biasa dimanfaatkan sebagai tempat
penyimpanan makanan yang panas, digunakan dalam sebagian dari perlengkapan
mobil, selain itu bahan yang seringkali digunakan sebagai bahan dasar pada
pembalut wanita maupun popok bayi adalah LDPE.
LDPE memiliki
kualitas yang terbilang bagus, namun tidak dapat direcycle (didaur ulang),
selain itu juga dapat menyebabkan asma dan gangguan pada hormone. Namun PP
masih terbilang plastik yang aman untuk digunakan dalam keperluan sehari –
hari, maupun digunakan bersamaan dengan makanan maupun minuman.
6.
Polystyrene (PS)
Monomer – monomer
stirena yang dipolimerisasi dengan didehidrogenisasi dari etil benzene (dibantu
oleh katalis) dapat menghasilkan polimer yang disebut polistirene. Etil benzene
yang digunakan pada proses ini berasal dari reaksi dengan bantuan katalis antara
benzene dan etilena (Mujiarto 2005).
Styrofoam yang kita gunakan sebagai tempat dan peralatan makanan
sekali pakai, kertas penyimpanan telur maupun helm dan sebagainya merupakan polystyrene. Namun perlu diketahui bahwa
polystyrene dapat menghasilkan styerene yang bisa mengganggu system
otak dan saraf jika terkena panas dan minyak. Hal tersebut juga dapat
mengganggu paru – paru, kekebalan, hati bahkan dapat menimbulkan dampak pada
genetic. Tingkat daur ulang pada polystyrene
juga terbilang cukup rendah.
7.
lainnya
Dikutip dari kompasiana.com, yang termasuk
didalam jenis plastik lainnya, yaitu : Nylon, polycarbonate (PC), acrylonitrile
butadiene styrene (ABS) styrene acrylonitrile (SAN). Styrene acrylonitrile (SAN) dan acrylonitrile butadiene styrene (ABS)
merupakan plastic yang memiliki ketahan tinggi terhadap suhu, kekerasan dan
juga reaksi kimia dan telah dikembangkan sehingga seringkali dimanfaatkan
sebagai bahan kemasan. SAN seringkali ditemukan pada berbagai peralatan rumah
tangga, sedangkan ABS bisa ditemukan dalam bahan baku pipa dan juga mainan
lego. PC (polycarbonate) biasa
dimanfaatkan sebagai bahan dasar botol susu bayi, kaleng susu formula, gelas
balita bahkan pada kaleng kemasan yang digunakan untuk membungkus minuman
ataupun makanan. Padahal PC dapat mengeluarkan senyawa Bisphenol-A yang
merupakan bahan utamanya pada makanan dan minuman jika digunakan bersamaan,
sehingga seharusnya tidak digunakan untuk tempat makanan maupun minuman karena
berbahaya bagi kesehatan. Namun banyak orang awam yang tidak mengetahui tentang
ini, sehingga seringkali botol susu bayi yang baru dibeli dipanaskan dengan
direbus terlebih dahulu sebelum digunakan dengan maksud supaya botol tersebut
tersterilisasi. Setelah mengetahui faktanya, maka hal tersebut tidak boleh lagi
dilakukan.
Setelah mengetahui penjelasan mengenai
berbagai jenis plastic diatas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan diantaranya:
1. 1. Jika plastik terkontak dengan situasi yang ekstrem dapat menghasilkan zat yang berbahaya baik bagi kesahatan maupun lingkungan tidak perduli jenis plastik yang mana. Contoh dari situasi ekstrem adalah suhu tinggi (panas)
2. 2. Ada 3 jenis plastic yang terbilang
aman untuk dimanfaatkan dan digunakan untuk kehidupan sehari – hari diantaranya
Polypropylene
(5-PP), High Density Polyethylene (2-HDPE) dan Polyethylene Terephthalate (PET).
3. 3. Tidak semua jenis plastic dapat
didaur ulang untuk digunakan kembali, hanya High
Density Polyethylene (2-HDPE) dan Polyethylene Terephthalate (1-PET) yang
paling banyak diproses untuk direcycle. Meskipun begitu para ahli masih terus
berusaha meneliti dan melakukan percobaan untuk mendaur ulang plastik.
Referensi:
Kompasiana.com.
2016, 30 Maret. Selektif Pilih Kode dan Jenis Kemasan Botol Plastik. Diakses
pada 12 Agustus 2020, dari: https://www.kompasiana.com/pipot/56fb4c6d7297739a07ae9cb3/selektif-pilih-kode-dan-jenis-kemasan-botol-plastik#
Mujiarto, I. (2005). "Sifat
dan karakteristik material plastik dan bahan aditif." Jurnal Traksi
3(2): 11-17.
Omnexus.specialchem.com.
Polyethylene Terephthalate (PET): A Comprehensive Review. Diakses pada 18
Agustus 2020, dari : https://omnexus.specialchem.com/selection-guide/polyethylene-terephthalate-pet-plastic
Waste4changes.com.
2018, 17 Juli. 7 Types of Plastic that You Need to Know. Diakses pada 12
Agustus 2020, dari: https://waste4change.com/7-types-plastic-need-know/2/
Komentar
Posting Komentar