Pendekatan
molekuler untuk analisis asam nukleat mengunakan reverse
transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) merupakan metode deteksi
standar dengan hasil yang cepat dan reprodusibel, karena bisa mentargetkan dan
mengidentifikasi patogen secara spesifik. Pengembangan teknik molekuler ini
tidak terlepas dari hasil identifikasi genomik dan proteomik dari SARS-CoV-2.
Sampai dengan 30 Agustus 2020, sudah sekitar 92.776 genom virus SARS-CoV-2 yang telah
teridentifikasi menggunakan teknologi sekuensing genom baik dengan teknologi
Illumina maupun Oxford Nanopore yang hasilnya dapat diakses oleh umum (GISAID,
2020). Sekuens genom ini sangat penting dalam pembuatan primer untuk analisis
PCR atau metode analisis asam nukleat yang lainnya.
Secara umum, alur kerja untuk uji tes virus Korona dari mulai
pengambilan sampel pasien sampai dengan analisis adalah sebagai berikut (Gambar
2):
1. Pengambilan
spesimen dengan melakukan uji usap (swab test) dari area saluran
pernafasan untuk mendapatkan sampel virus:
a. Bagian
atas (lebih dianjurkan): uji usap nasofaring, uji usap osofaring, atau sedot
hidung (aspirasi nasal)
b. Bagian
bawah (dianjurkan untuk pasien dengan gejala batuk berdahak): dahak, aspirasi
trakea atau lebih dalam lagi dengan mengambil cairan Bronchoalveolar lavage (BAL)
(Udugama et al., 2020).
2. Transportasi
sampel.
Spesimen yang diambil dari pasien biasanya ditambahkan viral
transfer media (VTM).
3. Pengujian
sampel dengan metode RT-PCR.
Metode untuk pengujian asam nukleat ini secara umum terbagi menjadi
2 tahapan, yaitu proses transkripsi balik (reverse transcription) dari
RNA menjadi DNA komplemen (cDNA), yang dilanjutkan dengan tahap amplifikasi
cDNA dengan metode PCR.
Secara umum, area dari genom SARS-CoV-2 yang menjadi target
amplifikasi adalah gen protein E (Envelope), gen protein N (Nucleocapsid)
dan gen RdRP (RNA-dependent RNA polymerase gene) yang terdapat pada area
open reading frame ORF1ab (Udugama et al., 2020).
Saat ini terdapat beberapa metode RT-PCR yang telah digunakan
untuk uji SARS-CoV-2, diantaranya Center for Disease Control and Prevention
(CDC) Amerika Serikat, Charité Germany, Institut Pasteur Paris, Chinese
National Institute for Viral Disease Control and Prevention, University of Hong
Kong, BGI Group (Beijing), Altona Diagnostics (Hamburg, Jerman), Agency for
Science, Technology and Research (A*STAR) dan MiRXES (Singapura), dan TIB
Molbiol (Berlin, Jerman)
4. Sekuensing apabila diperlukan untuk konfirmasi hasil dari
RT-PCR (Wardiana 2020).
Peran diagnostik dalam pandemiK covid ini sangat penting dalam
mengontrol penyebaran covid-19. Sampai saat ini metode Swab-PCR merupakan
metode yang paling akurat untuk mendeteksi covid-19. Test PCR ini juga
memastikan hasil dari Rapid Test. Sehingga, melakukan SWAB-PCR test sangatlah
penting untuk memastikan seseorang terinfeksi virus covid-19 atau tidak.
Referensi:
GISAID.
https://www.gisaid.org/. Diakses pada 30 Agustus 2020
Primayahospital.com.
Apa Itu Rapid Test, Swab, dan PCR, apakah tahu Perbedaannya? . diakses pada 30
Agustus 2020, dari: https://primayahospital.com/covid-19/apa-itu-rapid-test/
Udugama B,
Kadhiresan P, Kozlowski HN, Malekjahani A, Osborne M, Li VYC, Chen H, Mubareka
S, Gubbay JB, dan Chan WCW. (2020): Diagnosing COVID-19: The Disease and Tools
for Detection. ACS Nano.
Wardiana, A.
(2020). "Diagnosis SARS-CoV-2: Peran Sistem Deteksi dan Ragam Metode Uji
Dalam Menanggulangi Pandemi COVID-19." Biotrends 11(1): 21-29.
Komentar
Posting Komentar