Kegiatan pembuangan sampah tidak memiliki
akhir yang pasti, sehingga sampah memerlukan penanganan dan pengelolaan yang
sistematis dan konkrit (Lilis Sulistyorini, 2005). Ini dikarenakan sampah seringkali
menimbulkan dampak berupa permasalahan yang sangat mempengaruhi kesehatan,
lingkungan dan juga kehidupan sosial masyarakat. Masalah yang paling sering
disebabkan oleh sampah salah satunya adalah bencana banjir yang disetiap tahunnya
menjadi permasalahan wilayah perkotaan. Sehingga, saat ini penanganan yang tepat dan strategis terhadap pengelolaan
sampah khususnya sampah plastik sangat diperlukan (Hayat and Zayadi 2018).
Cara mudah, aman dan tepat untuk mengatasi
masalah sampah yaitu kurangi (reduce),
gunakan kembali (reuse), dan daur
ulang (recycle) atau yang dikenal
dengan Prinsip 3R. Prinsip 3R telah dijadikan sebagai pedoman dalam upaya
mengurangi populasi sampah, khusunya sampah rumahan. Reduce adalah mengurangi dalam hal menggunakan barang dengan cara menghindari
membeli barang yang bisa menghasilkan banyak sampah dan tidak dapat didaur
ulang, atau bisa juga dengan mengurangi pemakaian kantong plastik. Reuse adalah penggunaan sampah hasil dari
kegiatan pertama kemudian digunakan kembali untuk kegiatan berikutnya. Recycle adalah usaha mengolah barang
bekas diubah menjadi barang baru bermanfaat serta layak untuk dipakai (Lestari, Indriastuti et al. 2019).
Konsep 3R untuk mengelola sampah sebenarnya
tidak sulit untuk dilaksanakan, contohnya adalah yang dilaksanakan oleh Iswanto
di Paguyuban Sukunan Bersemi, Yogyakarta yaitu dengan membagi sampah menjadi sampah
organik, sampah anorganik dan juga sampah plastik. Sampah organik diolah
mandiri dirumah masing – masing menjadi pupuk kompos, sampah plastik diolah
menjadi berbagai kreasi kerajinan, sedangkan sampah anorganik diserahkan pada
pengepul untuk dapat diproses kembali. Sistem ini berhasil dijalankan tentunya
dikarenakan niat, kekompakan, dan juga motivasi dari Tim Pengelola Sampah dan
kerjasama dari seluruh lapisan masyarakat Sukunan. Jika tidak ada kerjasama maupun
penerimaan yang baik, tentunya sistem ini tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya. 4 prinsip yang digunakan dalam menjalankan konsep ini yaitu dikelola secara
mandiri oleh masyarakat (mandiri), menghasilkan sesuatu yang bernilai (produktif),
dapat mengatasi permasalahan sampah (komprehensif), serta tidak mencemari
lingkungan (ramah lingkungan) (Pamungkas, 2006).
Sebagai produk kreatif, kreasi dari sampah
plastik memiliki daya jual yang dapat menguntungkan untuk diperjual belikan.
Secara umum, bisnis kreasi sampah plastik dapat dibagi menjadi 2 macam bisnis,
yaitu bisnis produk juga bisnis jasa. Dari sisi produk, bisnis dari kreasi
sampah plastik ini dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai komersial yang
tetunya menjanjikan secara finansial.
Berikut merupakan matrik sederhana dalam
bisnis kreasi sampah plastik yang disajikan dalam tabel dibawah ini:
Produk |
Jasa |
|||
Setengah Jadi |
Siap Jual |
Workshop |
Pelatihan |
Seminar |
Bahan
pembuatan produk jadi |
Tas,
dompet, keranjang, tempat pensil, tempat koran, alas kursi, tas laptop |
Membuat
dompet, tas, keranjang, tempat pensil, tempat Koran, alas kursi, tas laptop
|
Bagaimana
membuat business plan bisnis kreasi sampah plastik, pengelolaan usaha
|
Bisnis,
pemasaran, dan inovasi produk ramah lingkungan. Peran pemerintah dalam
mendukung bisnis ramah lingkungan |
(Putra and Yuriandala 2010)
Kita juga dapat berkreasi membuat kerajinan
dari sampah plastik yang memiliki nilai jual tinggi tanpa harus dileburkan sebelumnya.
Sampah plastik dapat diolah dengan cara lembaran plastik digabungkan untuk
kemudian dijadikan bahan dasar, bisa melalui menjahit maupun dengan ditempelkan
pada material lain.
Bungkus plastik beralumunium foil yang
digunakan sebagai bahan baku produksi karya kerajinan dari sampah plastik memiliki
kelebihan sebagai berikut:
1. Kuat.
Pembungkus produk yang digunakan untuk membungkus makanan dan minuman instan
tentunya telah didesain oleh produsen cukup kuat sebagai pelindng produk yang terdapat
didalamnya. Selain itu, untuk plastik bisa terurai secara sempurna perlu
sekitar 80-300 tahun lamanya.
2. Water
resistant. Produsen merancang kemasan plastik sebagai
pelindung produk didalamnya dari air maupun udara sehingga anti air supaya air
dan udara tiddak dapat mesuk dan produk didalamnya akan awet.
3. Desain menarik. Ketika
suatu produk dijual kepasaran, tentu produsen akan mengemasnya dengan menarik
supaya produknya disukai dan banyak dibeli oleh pembeli. Karena membuat first impression yang baik sangatlah
penting, ketika kita berbelanja biasanya kita pertama kali akan tertuju pada
tampilan yang bagus dan menarik.
4. Ekonomis.
Sebagai barang buangan dari produk sekali paki, plastik selalu diabaikan karena
tidak berguna dan tidak bernilai. Bahkan, kita dapat memperoleh sampah plastik secara
gratis.
5. Ringan.
6. Mudah dibentuk atau dilipat (Lentur).
Sampah plastik memiliki sifat yang lentur sehinga dapat plastik dapat dimanfaatkan sama
halnya dengan kain ataupun kertas.
Maka dapat disimpulkan bahwa plastik bisa digunakan
sebagaimana kain ataupun kertas untuk karya kerajinan. Pengolahan plastik
tentunya dapat dilakukan dengan cara yang hampir mirip dengan kain. Plastik
dapat dijahit, dipotong bahkan disambung kembali. Plastik juga dapat diolah
dengan melipatnya dan menjepitnya menggunakan aksesoris dari metal, atau bisa
mengkombinasikannya dengan berbagai material lain (Putra and Yuriandala 2010).
Referensi:
Hayat, H. and H.
Zayadi (2018). "Model Inovasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga." JU-ke
(Jurnal Ketahanan Pangan) 2(2):
131-141.
Lestari,
T., et al. (2019). "LENTERA: INOVASI PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK DI
INDONESIA."
Putra,
H. P. and Y. Yuriandala (2010). "Studi pemanfaatan sampah plastik menjadi
produk dan jasa kreatif." Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan 2(1): 21-31.
Satori, Mohamad, Amarani, Reni, Shofi, Dewi.
2010. Pendampingan Usaha Masyarakat dalam Memanfaatkan Sampah Di Desa Manis Lor
Kabupaten Kuningan. Prosiding SNaPP Edisi Eksakta. ISBN: 2089.3582. Bandung:
Universitas Islam Bandung. Hal. 150-179.
Sulistyorini, Lilis. 2005. Pengelolaan Sampah Dengan Cara Menjadikannya Kompos. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2005. Hal. 77-84.
Komentar
Posting Komentar